Senin, 10 April 2017

Bakti Sekolah Katolik untuk Pendidikan Indonesia


Judul buku: Lembaga Pendidikan Katolik dalam Konteks Indonesia
Penulis: Paul Suparno, dkk
Penerbit: Kanisius, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, 2017
Tebal: 336 halaman
ISBN: 978-979-21-5102-2


Salah satu potret masyarakat Indonesia yang damai tecermin dari sikap aktif berbagai unsur masyarakatnya dalam menyumbangkan kerja nyata bagi pembangunan bangsa. Buku ini merekam pergulatan para pegiat pendidikan berlatar Katolik dalam ikut memperjuangkan pembangunan bangsa melalui jalur pendidikan berbasis iman.

Kerja-kerja kependidikan oleh umat Katolik Indonesia dirintis oleh seorang misionaris Belanda, Pastor Fransiskus Van Lith, SJ (1863-1926), di Yogyakarta dan Jawa Tengah yang kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Pelayanan di bidang pendidikan bagi Van Lith diharapkan dapat mengantarkan “pemuda-pemuda Jawa sehingga mereka mendapat kedudukan yang baik dalam masyarakat” (hlm. 6).

Lembaga pendidikan Katolik yang kemudian muncul dan berkembang hingga saat ini bertolak dari semangat keagamaan. Paul Suparno, mantan rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dalam buku ini menegaskan bahwa sekolah Katolik dipandang sebagai kehadiran Gereja dalam dunia untuk “ikut meneruskan karya keselamatan Tuhan bagi umat manusia” (hlm. 48).

Namun demikian, dalam dinamikanya, sekolah-sekolah Katolik juga menghadapi tantangan berupa mulai pudarnya nilai-nilai kekatolikan yang dulu ditekankan, seperti nilai kasih. Di antara penyebabnya diduga karena beberapa sekolah Katolik mengikuti kurikulum pemerintah begitu saja. Paul Suparno dalam buku ini menegaskan 6 nilai kekatolikan yang harus ada, seperti nilai dan semangat kasih persaudaraan, nilai sosial dan keadilan, dan semangat mau diutus bagi orang lain (hlm. 50-51).

Tarsisius Sarkim, Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, melihat keberadaan lembaga-lembaga pendidikan Katolik secara lebih luas sehingga ia mengusulkan tiga agenda penting, yakni penegasan misi, penguatan tata kelola, dan peningkatan sumber daya (hlm. 61-89). Berdasarkan evaluasi internal yang dilaksanakan oleh Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pada 2016 atas lembaga-lembaga pendidikan Katolik di Indonesia, ditemukan bahwa di antara tantangan yang dihadapi adalah dalam hal rancangan terintegrasi internalisasi nilai-nilai Katolik, perencanaan terpadu pengembangan institusi, dan juga pengembangan sumber daya manusia (hlm. 22).

Selain membahas aspek idealisme pendidikan Katolik berdasarkan ajaran Gereja, buku ini juga mengulas praktik pendidikan dan model-model pembelajaran yang menarik dan inspiratif yang dikembangkan beberapa lembaga pendidikan Katolik. St Kartono, guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta, menuturkan model pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan materi-materi aktual dari koran (hlm. 165). Ada juga pemaparan tentang Sekolah Tarakanita yang menanamkan nilai-nilai cinta lingkungan di sekolah (hlm. 231) dan juga SMP Santa Ursula Bandung yang memberikan pendidikan kewirausahaan secara lebih tertata (hlm. 267).

Buku yang memuat 20 tulisan ini merupakan refleksi internal para pegiat pendidikan berlatar Katolik untuk menegaskan dan menguatkan bakti dan kontribusinya bagi kehidupan bangsa. Model reflektif seperti ini kiranya patut dicontoh oleh unsur masyarakat yang lain yang juga memberi kontribusi di bidang pendidikan bagi bangsa Indonesia.


Tulisan ini dimuat di Koran Jakarta, 8 April 2017.


Read More..