Senin, 15 Agustus 2016

Menyelisik Labirin Spiritual Matsnawi


Judul buku: Struktur dan Makna Matsnawi Rumi: Tafsir Baru atas Matsnawi
Penulis: Seyed G Safavi
Pengantar: Seyyed Hossein Nasr
Penerbit: Mizan, Bandung
Cetakan: Pertama, Maret 2016
Tebal: 314 halaman
ISBN: 978-979-433-929-9


Matsnawi, karya besar Jalaluddin Rumi (1207-1273), menjadi salah satu rujukan penting dalam diskursus tasawuf dan spiritualitas. Kedahsyatan karyanya tampak dalam fakta bahwa ia dibaca oleh lintas-golongan, tak hanya umat Islam, dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia.

Namun demikian, Matsnawi yang terdiri dari 26.000 bait, 948 bab, dan terhimpun dalam 6 jilid buku selama sekitar tujuh abad dipandang sebagai karya yang acak, tidak tertata, dan tanpa struktur. Reynold Nicholson, pakar yang meneliti Matsnawi selama tiga puluh tahun, secara intuitif hanya menyiratkan adanya struktur sistematis karya tersebut namun tak berhasil mengungkapkannya secara jelas.

Buku karya Seyed G Safavi ini berusaha memecahkan kebuntuan tersebut dengan berusaha menyingkap struktur Matsnawi sehingga dari situ muncullah makna baru atas karya besar ini. Karya yang semula merupakan disertasi di SOAS University of London ini bertolak dari asumsi bahwa karya-karya pramodern disusun dengan tingkat keseriusan yang luar biasa. Di tengah keterbatasan teknologi kepenulisan di era pramodern, Safavi menduga kuat bahwa tidak mungkin Rumi menyusun komposisi besar karya ini secara sembarangan.

Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu dalam skema penelitian disertasi, Safavi memusatkan penelitiannya pada Matsnawi Buku Pertama. Untuk menyingkap struktur Matsnawi, Safavi membagi karya Matsnawi dalam lima unit struktur, yakni: ayat, bait, bab, wacana, dan buku. Kunci penyingkapan Safavi dari lima unit ini terletak pada unit wacana (maqâlât). Menurut Safavi, judul (‘unwân) bab dalam keenam buku Matsnawi disusun sendiri oleh Rumi. Dari bab-bab yang ada di setiap buku, Safavi menyingkap struktur wacananya sehingga struktur besar Matsnawi yang lebih utuh menjadi tersibak.

Dari hasil penelitiannya pada Matsnawi Buku Pertama, Safavi tiba pada kesimpulan bahwa Rumi menyusun Matsnawi dengan menggunakan dua prinsip penataan, yakni penyusunan sekuensial pada level bait dan bab, dan penyusunan sinoptik pada level wacana, buku, dan karya yang didasarkan atas prinsip paralelisme dan kiasmus.

Penemuan Safavi ini terinspirasi oleh beberapa penelitian lain yang mencermati teks-teks penting pramodern, seperti penelitian Mary Douglas tentang Kitab Imamat dan Kitab Bilangan (Perjanjian Lama), McMohan atas autobiografi spiritual Agustinus yang berjudul Confessions, penelitian Hanns-Peter Schmidt dan Martin Schwartz atas karya Zarathustra, dan lain-lain. Beberapa penelitian itu berhasil mengungkapkan adanya struktur tersembunyi di teks yang diteliti.

Prinsip paralelisme dan kiasmus termasuk model penulisan yang cukup lazim di era pramodern. Paralelisme memperlihatkan adanya garis non-linear hubungan antara dua segmen teks. Sedangkan kiasmus adalah pengulangan sebuah sekuen tetapi dengna susunan terbalik, misalnya A, B, C, D, C, B, A sehingga kadang juga disebut struktur cincin.

Untuk menemukan struktur seperti ini, Safavi tidak hanya melakukan pembacaan berulang untuk teks yang ditelitinya, tetapi juga memetakan secara tematik dengan teperinci seluruh bagian Matsnawi Buku Pertama. Inilah yang disebut dengan pembacaan sinoptik yang secara literal berarti “melihat seluruhnya” dan “melihat secara utuh”.

Pembacaan yang cermat mampu menyingkap makro-komposisi Matsnawi sehingga Safavi berhasil memetakan bab-bab yang ada pada Matsnawi Buku Pertama ke dalam dua belas wacana. Safavi menguraikan dua belas wacana hasil rekonstruksinya itu pada bagian kedua buku ini sehingga masing-masing bab atau bagian dalam satu wacana memperlihatkan prinsip paralelisme dan kiasmus. Lebih jauh, kedua belas wacana yang itu juga memperlihatkan dua prinsip paralelisme dan kiasmus.

Safavi menunjukkan paralelisme dan kiasmus di antara wacana pertama dan wacana kedua belas, wacana kedua dan kesebelas, dan seterusnya. Wacana pertama, misalnya, membahas tentang perjalanan nafs yang jatuh cinta pada dunia. Sedang pada wacana kedua belas perjalanan nafs sudah sempurna yang digambarkan dengan kepasrahan dan kepatuhan pada Kehendak Allah.

Pembacaan secara sekuensial dan sinoptik menegaskan bahwa Matsnawi Buku Pertama membahas tentang perkembangan nafs dari tahap nafs ammarah, nafs lawwamah, dan nafs mutmainnah. Jadi, Matsnawi Buku Pertama dapat dibagi dalam tiga blok yang masing-masing meliputi empat wacana.

Makna baru yang ditawarkan Safavi dengan strategi pembacaannya yang berhasil menemukan struktur mendalam Matsnawi juga sangat erat dengan tujuan penulisan Matsnawi itu sendiri, yakni untuk mengantarkan pembacanya pada transformasi spiritual.

Model pembacaan yang acak yang selama ini lazim digunakan yang juga semakin diteguhkan dengan banyak diterbitkannya berbagai versi petikan terpilih dari Matsnawi diyakini memang dapat memberi pengalaman dan pencerahan spiritual. Tapi itu adalah pembacaan tingkat pertama yang bersifat literal.

Pembacaan yang ditawarkan Safavi dapat disebut sebagai pembacaan reflektif sehingga hasilnya pembaca dapat menemukan pesan spiritual lapis kedua yang berusaha disampaikan Rumi melalui struktur canggih Matsnawi yang hanya dapat tersibak dengan kecermatan dan ketelitian. Cara ini juga dapat memberi pesan tentang bagian-bagian yang perlu mendapatkan perhatian lebih mendalam dalam konteks transformasi spiritual.

Pada titik ini, Safavi menyatakan bahwa dengan demikian Matsnawi tidak hanya membahas tentang pelatihan spiritual, tapi merupakan pelatihan spiritual itu sendiri. Sebagaimana diketahui, pada banyak bagian, Rumi menekankan pentingnya penempuh jalan spiritual (salik) agar tidak terkecoh dengan dunia yang tampak dan harus berusaha melampaui penampilan lahir.

Buku ini bernilai penting karena sumbangannya pada kajian atas karya besar Rumi mampu memberikan warna dan makna baru yang sangat penting dalam penelaahan teks klasik. Lebih jauh, metodologi yang digunakan buku ini sangat menarik untuk dijadikan model pembacaan pada teks-teks klasik lainnya.


Tulisan ini dimuat di Harian Radar Madura, 14 Agustus 2016.


Read More..

Jumat, 12 Agustus 2016

Marissa Mayer dan Misi Penyelamatan Yahoo


Judul buku: Marissa Mayer: Keputusan-Keputusan Kontroversial dan Misi Menyelamatkan Yahoo dari Kebangkrutan
Penulis: Nicholas Carlson
Penerbit: Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, Desember 2015
Tebal: 368 halaman
ISBN: 978-602-291-125-8


Sungguh tragis nasib Yahoo, pelopor mesin pencari dan portal web yang berpengaruh, saat pada 25 Juli lalu diakuisisi oleh Verizon, perusahaan telekomunikasi di Amerika Serikat. Yahoo yang merajai dunia internet pada dekade 1990-an akhirnya harus tenggelam.

Buku ini mengangkat kisah jatuh bangun salah satu sosok yang berusaha menyelamatkan Yahoo di detik-detik terakhirnya, yaitu Marissa Mayer, CEO Yahoo yang memimpin sejak Juli 2012 di tengah situasi bisnis Yahoo yang membutuhkan penyelamatan.

Sebelum menuturkan kiprah Mayer di Yahoo, Nicholas Carlson, yang menjadi koresponden utama Business Insider, memulai pemaparannya dari awal Yahoo didirikan oleh Jerry Yang dan David Filo pada 1994. Yang dan Filo adalah mahasiswa Stanford yang di awal era internet membuat direktori daftar laman yang mereka sukai.

Mulanya, laman itu bernama “David and Jerry’s Guide to the World Wide Web.” Ternyata laman buatan mereka ini disukai banyak orang. Pada September 1994, kala telah memuat dua ribu tautan, laman mereka mendapatkan kunjungan 50 ribu kali dalam sehari. Empat tahun setelah itu, keduanya menjadi miliarder dunia (hlm. 31-36).

Setelah sukses besar, mulai tahun 2000 Yahoo menghadapi masalah seiring dengan masa dot-com bust. Yahoo ketinggalan zaman. Bisnis periklanannya mundur. Demikian pula, fasilitas mesin pencarinya tak bisa menyaingi Google yang ironisnya pada 1997 pernah ditawarkan untuk dijual pada Yahoo (hlm. 58-70).

Mulai tahun 2000, Yahoo mengalami persaingan bisnis yang ketat. Kehadiran Google yang semakin besar, Microsoft yang membuat situasi kacau saat berusaha membeli Yahoo, dan juga Facebook, membuat citra internet yang pada awal popularitasnya identik dengan Yahoo kemudian berubah. Beberapa CEO sudah pernah berusaha mengatasi masalah Yahoo, mulai dari Terry Semel yang mantan pemimpin Warner Bros, hingga Carol Bartz yang sukses di Autodesk.

Marissa Mayer direkrut Yahoo sebagai CEO pada Juli 2012. Mayer memiliki pengalaman yang menarik, yakni 13 tahun bekerja di Google dengan banyak peran strategis. Saat baru direkrut, orang-orang di Yahoo penuh dengan optimisme. Beberapa karyawan memasang poster bertuliskan kata “HOPE” di dinding. Poster ini meniru gaya poster terkenal Barack Obama karya Shepard Fairey (hlm. 248).

Gebrakan pertama Mayer di Yahoo adalah membangun moral karyawan dengan membuat rapat mingguan yang dihadiri oleh semua karyawan purnawaktu Yahoo. Mayer ingin membangun kultur perusahaan yang transparan. Mayer ingin komunikasi antara karyawan dan eksekutif Yahoo menjadi lebih terbuka (hlm. 264).

Untuk membangun kultur produktif, Mayer melarang karyawan bekerja dari rumah. Tapi Mayer memberi fasilitas makan gratis di Yahoo. Alhasil, dalam satu tahun pertama, kepemimpinan Mayer memperlihatkan hasil yang cukup baik. Saham Yahoo naik 60,6 persen sejak Mayer bergabung. Dua puluh produk Yahoo diluncurkan, dan satu di antaranya, yakni Yahoo Weather, mendapatkan penghargaan desain dari Apple. Pada Mei 2013, sepuluh ribu lamaran kerja masuk ke Yahoo dalam satu pekan (hlm. 284).

Namun, selang beberapa bulan kemudian, Mayer menghadapi tugas berat. Sistem evaluasi kinerja karyawan yang dibawa Mayer dari Google sebagai solusi penolakannya untuk memecat ribuan karyawan saat baru memimpin ternyata perlahan bermasalah. Iklim kerja sama rusak. Karyawan menuntut perbaikan. Lain dari itu, pendapatan perusahaan tak mengalami pertumbuhan. Pangsa pasar pencarian menyusut cepat. Yahoo Mail mulai runtuh (hlm. 315).

Kisah Mayer dalam buku ini ditutup dengan kembalinya tantangan berat untuk penyelamatan Yahoo babak berikutnya. Namun, pembaca buku ini sekarang sudah mengetahui kelanjutan kisah Mayer dan Yahoo melalui headline berita baru-baru ini yang mewartakan akuisisi oleh Verizon dengan nilai 4,83 miliar dollar AS.

Buku ini mendokumentasikan kisah jatuh-bangun Yahoo dan peran penting Marissa Mayer. Selain kekuatan ide dan kemampuan manajerial individu, buku ini memperlihatkan kekuatan kultur kreatif perusahaan yang sangat dinamis dan pencarian ide kreatif-inovatif menghadapi persaingan bisnis yang sangat ketat. Namun demikian, pembaca buku ini sekarang dapat menilai betapa Yahoo mungkin telah terlambat untuk berinovasi.

Selain data yang sangat kaya, kelebihan buku ini terletak pada gaya tuturnya yang lincah dan nyaman dicerna. Gaya penulisannya yang bermodel naratif membuat pembaca tak sabar untuk menuntaskan kisah yang penuh inspirasi ini.


Tulisan ini dimuat di Kabar Madura, 10 Agustus 2016.


Read More..