Al-Qur’an adalah kitab suci yang telah menjadi sumber inspirasi banyak orang di berbagai penjuru dunia. Inspirasi itu di antaranya mewujud dalam bentuk buku. Tak terbilang berapa buku yang sudah ditulis—baik oleh kaum muslim maupun nonmuslim—yang terilhami oleh al-Qur’an, mulai dari tafsir yang ditulis oleh ulama muslim klasik hingga kontemporer, buku bertema tertentu yang berperspektif al-Qur’an, hingga akhirnya al-Qur’an menjadi bidang keilmuan tersendiri sehingga kemudian melahirkan banyak karya tulis.
Di Indonesia kita punya Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, Tafsir al-Ibriz karya KH Bisri Mustofa yang berbahasa Jawa, dan karya-karya yang lain. Kajian keilmuan tertentu berperspektif al-Qur’an di kalangan intelektual Indonesia juga sudah dikenal, seperti buku Al-Qur’an dan Lautan (Penerbit ‘Arasy, 2007) karya Agus S. Djamil.
Beberapa buku yang disebutkan di atas dan yang sejenisnya bisa dikelompokkan sebagai karya yang coraknya relatif akademis. Karena itu, karya-karya tersebut mungkin hanya dikenal di kalangan tertentu saja.
Namun, seiring dengan makin meluasnya minat masyarakat Indonesia pada wacana keislaman pada beberapa dekade terakhir, kita menemukan produk-produk perbukuan populer yang terinspirasi dari al-Qur’an. Mungkin yang paling banyak kita temukan paling tidak dalam 10 tahun terakhir adalah berupa pengemasan mushaf al-Qur’an dalam bentuk yang lebih menarik dengan berbagai pernik kreasinya.
Di toko-toko buku, kita menemukan al-Qur’an yang dicetak dengan pengemasan dan tata artistik dengan diberi nilai tambah tertentu. Ada al-Qur’an yang ayat-ayat di dalamnya diberi tanda tertentu terkait cara bacanya sesuai dengan Ilmu Tajwid. Ada pula yang selain memuat terjemahan versi Kementerian Agama RI juga mencantumkan terjemah per kata. Yang demikian ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca mendaras al-Qur’an secara benar dan membantu pembaca memahami makna literal al-Qur’an secara lebih teperinci.
Selain itu, pengembangan pengemasan al-Qur’an ini juga masuk pada minat-minat khusus. Salah satu edisi menyebut al-Qur’an yang diterbitkannya dengan istilah “edisi wanita” karena secara khusus juga memuat hal-hal yang berkaitan dengan perempuan, seperti kisah-kisah perempuan yang ada dalam al-Qur’an, ibadah tertentu terkait perempuan, dan semacamnya.
Ada juga al-Qur’an yang memberi tanda warna khusus pada ayat-ayat kauniah untuk menunjukkan keluasan cakupan al-Qur’an pada bidang sains. Ayat-ayat kauniah yang jumlahnya jauh lebih banyak dibanding ayat-ayat hukum itu diyakini merupakan isyarat al-Qur’an agar kita meneliti dan mengkaji isyarat-isyarat semesta dengan nalar.
Ada pula al-Qur’an yang disebut edisi “famy bi syauqin”. Edisi ini membagi seluruh surah al-Qur’an dalam tujuh bagian (yang lazim disebut “manzil”) yang dimaksudkan sebagai pedoman bagi mereka yang berkomitmen untuk mengkhatamkan membaca al-Qur’an selama sepekan.
Kreativitas penerbit dalam hal ini sudah menyentuh pada sisi teknologi. Penerbit Syaamil, misalnya, menerbitkan al-Qur’an yang selain memberi banyak nilai tambah dengan tafsir singkat, sebab turunnya ayat, doa terkait, dan sebagainya, juga melengkapinya dengan pena elektronik yang dapat bersuara atau melantunkan ayat al-Qur’an yang sedang ditunjuk.
Salah satu al-Qur’an yang terbit dikeluarkan oleh Penerbit Al-Mizan, Bandung berjudul al-Qur’an al-Karim: The Wisdom (Mei 2014). Selain memuat terjemahan versi Kementerian Agama RI dan terjemah per kata, al-Qur’an ini juga memuat 1420 artikel tafsir dan pengaya wawasan di setiap halamannya yang terpetakan dalam enam tema besar: akidah, akhlak, ibadah, muamalah, ilmu, dan kisah. Al-Qur’an yang penerbitannya melibatkan 17 kontributor artikel dan tebalnya mencapai 1236 halaman ini kemudian tampak seperti tafsir tematik terpilih yang penyajiannya bersifat populer. Rujukan yang digunakan meliputi kitab-kitab tafsir otoritatif, mulai dari tafsir klasik seperti al-Thabari hingga kontemporer seperti karya Wahbah Zuhaili.
Berbagai edisi pengemasan al-Qur’an dalam bentuk baru dan populer ini bisa dilihat sebagai kreativitas dan kejelian penerbit untuk melihat kebutuhan dan peluang pasar. Di media massa, khususnya televisi, kita dapat melihat bangkitnya minat keagamaan masyarakat muslim khususnya di kalangan kelas menengah perkotaan. Di industri mode, busana muslim juga mengalami peningkatan minat yang cukup luar biasa.
Seiring dengan inilah kreasi penerbit untuk mengemas al-Qur’an dengan sedemikian rupa juga muncul. Melihat semakin beragamnya kreasi penerbit dalam penerbitan al-Qur’an ini, kita dapat menilai bahwa berbagai versi al-Qur’an tersebut sangat laku di pasaran. Penerbit tampak tak ragu untuk mengeluarkan modal penerbitan yang cukup besar (tampak dari cetakannya yang rata-rata mewah) karena laba yang bisa diperoleh cukup menjanjikan.
Demikianlah, dalam bentuk yang lebih populer, kita belakangan ini menyaksikan bagaimana al-Qur’an menginspirasi dunia literasi. Sampai di titik ini, kita patut menggarisbawahi bahwa ayat al-Qur’an yang pertama diturunkan, yakni surah al-‘Alaq ayat 1-5, memang memuat semangat literasi yang kuat.
Berbagai versi al-Qur’an yang sifatnya kreatif itu memberi akses yang lebih mudah dan lebih luas pada masyarakat umum untuk dapat membaca, memahami, dan menggali pesan-pesan al-Qur’an sebagai pedoman hidup kaum muslim. Mereka yang awam di bidang ilmu keislaman dapat belajar al-Qur’an melalui produk populer ini. Tentu ini bisa menjadi kabar yang menggembirakan. Harapannya, semoga inspirasi al-Qur’an untuk literasi ini bisa memberi dampak yang lebih nyata bagi peningkatan mutu keberagamaan dan mutu kehidupan masyarakat.
Versi pendek tulisan ini dimuat di Harian Radar Surabaya, 7 Desember 2014.
Minggu, 07 Desember 2014
Inspirasi al-Qur’an untuk Literasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar