Jumat, 31 Januari 2025

Bersandar pada Refleksi Moral

Judul buku: Prinsip-Prinsip Etika: Landasan Teori untuk Memecahkan Kasus-Kasus Dilema Moral
Penulis: Haryatmoko
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan: Pertama, 2024
Tebal: xvi + 182

Dalam menghadapi arus kehidupan yang membuat orang terombang-ambing, pada akhirnya manusia membutuhkan pegangan untuk memandunya mengambil keputusan. Bagi sebagian besar kalangan, moralitas diyakini dapat berperan membantu memberikan panduan.

Moralitas itu sendiri dapat digali dari beragam sumber. Agama, misalnya, mengajarkan norma-norma moral. Namun berbagai sumber moral yang melahirkan norma-norma moral itu tidak serta merta bisa langsung dijadikan panduan praktis saat situasinya masuk pada hal yang bersifat dilematis. Dilema moral membutuhkan pendekatan yang berbeda yang tak cukup dari hal yang semata bersifat normatif.

Pada titik inilah dibutuhkan refleksi filosofis tentang moral yang dalam ranah filsafat akrab dikenal dengan istilah “etika”. Dalam pengertian ini, etika bersifat lebih terbuka dan reflektif, tak seperti moral yang cenderung normatif atau imperatif.

Buku ini membahas beberapa tema yang termasuk prinsip-prinsip etika. Dalam lima bab, Haryatmoko, penulis buku ini, menjelaskan aspek praktis dari beberapa teori etika untuk menjadi kerangka pandang dalam menjawab persoalan nyata sehari-hari. Dari sini, sudah jelas terlihat kelebihan buku ini: bahwa buku ini tidak ingin menjadi buku yang membahas filsafat moral (etika) pada tataran yang abstrak saja, tapi juga mengangkat masalah-masalah nyata, khususnya juga dalam konteks Indonesia.

Selain bab pertama yang memberi pengantar umum tentang apa itu etika dan ruang lingkup dasarnya, empat bab berikutnya dari buku ini membahas beberapa tema pokok etika, yakni perkembangan kesadaran moral menurut Lawrence Kohlberg, aliran deontologi Immanuel Kant, etika keutamaan Aristoteles dan MacIntyre, utilitarianisme Jeremy Bentham dan John Stuart Mill, etika proporsionalisme Richard MacCormick, etika altruis Emmanuel Levinas, dan etika komunikasi digital.

Saat menguraikan pemikiran Kohlberg yang sudah menjadi klasik, uraian dalam buku ini saya lihat mengungguli buku-buku lain dalam bahasa Indonesia yang membahas tema serupa. Buku-buku lainnya misalnya lebih banyak mencukupkan pada uraian pemikiran Kohlberg dengan beberapa kasus yang ditelitinya.

Buku Fahruddin Faiz yang berjudul Filsafat Moral (Mizan, 2024) misalnya secara cukup jernih menguraikan pemikiran Kohlberg tersebut dalam sekitar 30 halaman, seperti juga Haryatmoko menghabiskan jumlah halaman yang sama dalam memaparkan Kohlberg. Bedanya, Haryatmoko dalam buku ini memberi contoh yang cukup detail pada setiap tahapan dalam konteks kehidupan sehari-hari di Indonesia, termasuk juga bentuk-bentuk latihan untuk mencapai tahapan moral tertentu.

Buku Franz Magnis-Suseno berjudul 12 Tokoh Etika Abad ke-20 (Kanisius, 2000) juga menyediakan satu bab untuk menguraikan pemikiran Kohlberg tapi tidak melampaui keluasan uraian yang disajikan oleh Haryatmoko dalam buku ini.

Dengan demikian, aspek terapan dalam buku Haryatmoko ini menjadi sangat terlihat jelas, meski Haryatmoko sama sekali tidak menyinggung salah satu subdisiplin filsafat moral yang dalam lima puluh tahun terakhir ini juga berkembang pesat, yakni etika terapan (applied ethics). Pendekatan yang bersifat terapan dalam membahas tema-tema etika dalam buku ini juga terlihat pada uraian tentang utilitarianisme. Pada bagian ini, Haryatmoko mengangkat contoh dilema dan masalah moral dalam kasus konflik antara nelayan dan perusahaan minyak yang juga melibatkan otoritas pemerintah (hlm. 100-104). Pada contoh ini, Haryatmoko menguraikan cara utilitarianisme membuat perhitungan yang cenderung kuantitatif untuk sampai pada kesimpulan dan keputusan tindakan tertentu yang dianggap paling bermoral.

Selain tema-tema klasik dalam filsafat moral seperti pemikiran Kohlberg dan utilitarianisme tersebut, Haryatmoko juga membahas tema kekinian di bab terakhir, yakni tentang komunikasi digital. Aspek teoretis-konseptual pada bagian ini memang tidak sekental bagian-bagian sebelumnya. Namun tampak jelas bahwa Haryatmoko berusaha mengupas masalah-masalah moral dalam konteks dunia digital saat ini dengan cara yang cermat dan pendekatan yang cukup filosofis.

Sejak awal membaca buku ini, mulai dari bagian pengantar, ada kesan bahwa buku ini disusun sebagai bahan ajar untuk perkuliahan tertentu. Namun sayangnya, jika dibaca dengan lebih teliti, ada beberapa hal dalam buku ini yang sebenarnya masih bisa diperbaiki. Dalam kata pengantar, saya menemukan penulisan huruf kapital yang rasanya keliru, ketika kata “Penulis” di tengah kalimat beberapa kali diawali dengan huruf kapital. Salah ketik saya temukan di halaman 78, paragraf kedua. Sementara itu, gaya bertutur buku ini terkesan seperti gaya berbicara.

Selain itu, ada hal yang cukup substansial yang mengganggu saat saya membaca uraian tentang pemikiran Kohlberg. Meski Haryatmoko menunjukkan keberaniannya untuk mengangkat contoh yang mungkin cukup kontroversial, seperti LGBT (hlm. 38), namun saya cukup kecewa karena pada bagian ini dia tidak menyinggung kritik terhadap pemikiran Kohlberg yang juga sudah cukup terkenal, yakni yang dilontarkan oleh Carol Gilligan dalam buku In a Different Voice: Psychological Theory and Women’s Development (1982) yang versi bahasa Indonesianya diterjemahkan oleh A. Sonny Keraf (1997). Suara kritis dalam menilai teori Kohlberg tersebut menurut saya mestinya penting dijelaskan, agar pembaca bisa melihat lebih detail dinamika pemikiran diskursus etika secara lebih kaya.

Terlepas dari beberapa kekurangan di atas, buku yang ditulis oleh Romo Moko—panggilan akrab Haryatmoko—ini sangatlah berharga untuk memperluas diskursus moralitas dengan pendekatan filosofis tetapi bernuansa terapan dan praktis. Pendekatan yang cukup praktis ini membuat buku ini relatif lebih mudah diakses pembaca yang lebih luas, tak hanya peminat filsafat. Lebih jauh, harapannya nanti akan terbit buku-buku lain bertema filsafat moral yang bersifat populer dan praktis yang mungkin akan berguna untuk dijadikan sandaran menjalani kehidupan yang lebih baik.

0 komentar: