Jumat, 11 September 2009

Akhirnya, Saya Tiba di Belanda

Tanpa begitu terasa, ini sudah masuk hari keenam saya tiba di Utrecht, Belanda. Perjalanan Jakarta-Amsterdam selama 16 jam pada Sabtu hingga Ahad kemarin cukup lancar—alhamdulillah. Mulanya saya sempat agak nervous, meski tepat di hari keberangkatan saya sudah bisa merasa tenang. Apalagi, ada keluarga sepupu dan bibi di Jakarta yang ikut mengantar ke Cengkareng—karena di tempat mereka pula saya tinggal selama di Jakarta.

Dalam perjalanan Jakarta-Amsterdam, seperti yang sempat saya duga, saya bertemu dengan beberapa orang Indonesia yang hendak ke Belanda. Ada yang tujuan studi, menjemput istri, dan ada yang cuma short course. Sekali lagi, saya bersyukur karena tiba di Schipol saya dijemput oleh seorang teman yang sudah setahun tinggal di Belanda. Kebetulan dia tinggal di Utrecht, tepatnya di dekat Central Station. Jadi, begitu tiba di Utrecht, kami mampir terlebih dahulu di kontrakannya.

Pesawat saya mendarat di Schipol tepat pukul 6.55 waktu setempat. Meski pada saat yang sama matahari sudah mulai tampak, saya langsung disergap udara dingin, yang menurut petugas pesawat mencapai 16 derajat celcius. Saat tiba di Utrecht, sekitar pukul 8 lewat beberapa menit, udara dingin semakin terasa saat angin bertiup. “Anginnya dingin menusuk,” kata saya. Switer yang saya gunakan tak berdaya menahan udara dingin. Sepertinya udara dingin menyelusup di antara sela-sela switer saya ini.

Saya tidak lama di kontrakan Mbak Salamah Agung, teman saya itu, karena saya langsung diajak ke sebuah Pameran Buku di daerah situ yang kebetulan adalah hari terakhir. Menjelang jam 10, kami berangkat ke sana, dan kembali sekitar pukul dua belas. Saya membeli tiga buku tebal—semua 16,45 Euro. Dari pameran, saya langsung menuju Warande, Zeist, tempat kontrakan saya.

Tapi, karena belum mengambil kunci di kampus, saya masih menumpang di tempat seorang kenalan dari Kupang, yang kebetulan juga tinggal di komplek yang sama dan sudah satu minggu di sana. Saya sendiri baru mendapatkan kunci saya hari Senin siang, setelah dibantu seorang kenalan baru.

Banyak hal yang ingin saya bagi di hari-hari pertama di sini. Akan tetapi, saya ternyata masih harus berurusan dengan banyak hal. Saya menyebutnya “survival matters”. Saya masih sedang berusaha membuka akun bank di sini untuk pencairan beasiswa, mendapatkan sepeda sehingga dapat lebih berhemat dan menikmati perjalanan dan suasana, menyesuaikan dengan makanan dan cuaca (termasuk bagaimana saya berpuasa), juga menyesuaikan dengan iklim perkuliahan yang sudah dimulai sejak Senin kemarin, dan berurusan dengan birokrasi Belanda terkait izin tinggal dan registrasi warga asing. Saya kira semuanya adalah hal-hal menarik yang bisa menjadi cerita tersendiri.

Saya berharap dapat segera mendapatkan waktu yang cukup tenang dan leluasa untuk menuliskan itu semua.

0 komentar: