Senin, 02 Oktober 2017

Washington DC, Kekuatan Gagasan, dan Identitas


Tak terasa tiga pekan berlalu begitu cepat. Rasanya baru kemarin saat saya menginjakkan kaki untuk pertama kali di Washington DC tepat pada hari Sabtu, 9 September. Sekarang saya sudah dalam perjalanan pulang, melintasi Samudera Pasifik.

Selain kegiatan resmi berupa diskusi tentang tema-tema umum untuk mengenal Amerika dan sistem kehidupannya, saya bersama teman-teman lain berkesempatan mengunjungi tempat-tempat penting di Washington DC. Kebetulan juga hotel tempat kami menginap berjarak dekat dengan beberapa landmark Washington DC.

Secara khusus, pada hari kedua di Amerika, 10 September, kami mendapat kesempatan untuk keliling kota Washington DC selama sekitar 3 jam. Dari kegiatan itu, dan juga dari kegiatan diskusi, saya mendapatkan pemahaman tentang kekuatan gagasan yang ada di balik bangunan-bangunan penting di Washington DC yang juga dapat menjadi gambaran berkaitan dengan gagasan tentang Amerika.

Saat Washington City Tour, pemandu pertama mengantar kami ke Gedung Putih, yang sebenarnya mungkin hanya berjarak sepeminuman teh dari hotel kami. Hal pertama yang menarik buat saya tentang gedung putih adalah gagasan tentang bagaimana gedung pemerintahan dipersepsikan sebagai gedung rakyat sehingga katanya di situ gedung-gedung pemerintahan tidak secara definitif memiliki pintu atau halaman depan.

Sebagai gedung yang menjadi tempat untuk melayani masyarakat, Gedung Putih misalnya, tak memiliki apa yang disebut pintu atau halaman depan. Hanya disebut pintu jalan A, pintu jalan B, dan seterusnya. Jadi di sini saya menangkap ada unsur yang bersifat substantif di satu sisi dan unsur praktis di sisi lain.

Selain itu, ada juga hal menarik dari cerita pemandu. Katanya, beberapa kata kunci terkait pemerintahan di Amerika dibuat dengan keinginan untuk berbeda dengan tempat lain. Misal, di Amerika, kementerian luar negeri, lembagai pemerintah Amerika yang mengundang kami untuk program International Visitor Leadership Program (IVLP) ini disebut dengan istilah "Department of State" atau "State Department", bukan Ministry of Foreign Affairs sebagaimana lazim digunakan.

Demikian pula, penulisan "In God we trust" yang terdapat dalam mata uang dolar Amerika konon katanya dilakukan untuk membedakan dengan Uni Soviet, seteru Amerika, yang identitasnya tak mau dihubung-hubungkan dengan aspek ketuhanan.

Secara historis, tentu saja ide-ide menjadi landasan pokok yang menggerakkan roda sejarah sebuah bangsa. Gagasan tentang Pancasila bagi Indonesia misalnya menjadi hal yang sangat penting hingga sekarang. Demikian juga di Amerika. Gagasan tentang kebebasan beragama, sekularisme, dan juga federalisme menjadi hal pokok yang menjadi dasar sistem kehidupan masyarakat.

Di Washington DC, beberapa gagasan itu direkam dalam bentuk monumen, seperti Lincoln Memorial yang menggambarkan ide hebat Abraham Lincoln dalam menyatukan masyarakat Amerika saat mereka bertikai.

Gagasan juga kadang terwujud dalam hal yang cukup praktis, seperti pengaturan nama jalan. di Washington DC, tidak sulit untuk menghapalkan jalan, karena ada yang dibuat berurut abjad (seperti jalan K, jalan L, dan lain-lain) selain juga menggunakan nama-nama kota. Di kota lainnya, nama jalan kadang menggunakan nomor.

Kita tahu bahwa untuk membangun masyarakat dan membangun bangsa membutuhkan landasan yang baik. Gagasan-gagasan besar perlu dibangun, didiskusikan, dikuatkan, dan dilembagakan serta diterjemahkan dalam alur yang lebih praktis dan aplikatif. Dari Washington DC, saya mencoba belajar tentang bagaimana gagasan itu diolah dan terus mengalami dinamika hingga kini.

Los Angeles-Tokyo (Samudera Pasifik), 1 Oktober 2017


2 komentar:

M. Faizi mengatakan...

sudah dibaca, dan mulai dimamah

M Mushthafa mengatakan...

@M Faizi, terima kasih sudah membaca dan mampir di komentar.