Bersama ini kukirimkan suaraku lewat baris-baris aksara. Aksara-aksara pendek yang jumpalitan di udara, diantar serat-serat optik dalam gelombang yang entah seperti apa wujudnya. Aksara-aksara itu diantar oleh nomor tak dikenal. Tapi kau bilang, kau bisa mengenali warna suaraku di antara aksara-aksara itu.
Aku berbisik padamu dengan aksara, seperti hendak mengucap selamat malam atau sekadar menyapa. Saat kau mengeja, suaraku ikut menggema mengiringi bacaanmu, seperti suara guru ngaji di langgar yang ingin mempertegas bacaan Qur’anmu saat kita kanak-kanak dulu. Tolong jangan keraskan suaramu, agar terdengar jelas bisikan dan sapaanku. Perhatikan pula suara gerimis yang menjadi latar suaraku malam ini, di antara derai-derai rintik yang jatuh di atap, melewati daun-daun mangga.
Suara dalam aksara. Tidakkah ini adalah bagian dari rahasia bahasa?
Jogja-Madura, Desember 2008
Jumat, 12 Desember 2008
Suara dalam Aksara
Label: Diary
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
kadang saya lihat situ ini terlalu melankolis, harus segera cari jalan keluar....
Bagus,menarik.salut ma sang filosof. Tulisan2nya indah,smpel,berisi.pingin belajar dong..?
Posting Komentar