Selasa, 14 Oktober 2008

Artefak dari Periode 1994-1997

Hampir dua pekan jaringan internet di sini terputus, bersamaan dengan terputusnya jaringan telepon rumah. Arus komunikasi dan informasi jadi menyempit. Berselancar dari perangkat seluler juga sulit, karena jaringan GPRS juga bermasalah.

Namun begitu, suasana lebaran dan liburan memberikan warna kesibukan yang lain. Selain keliling-keliling ke famili dan menjadi tenaga paruh waktu atau “magang” di dapur, mumpung libur, aku sempat membongkar-bongkar buku-buku dan arsip lama di rak yang tebal berdebu. Secara kebetulan, aku menemukan tulisan-tulisan lamaku yang ditulis saat aku duduk di bangku Aliyah (1994-1997). Ada yang dimuat di majalah dinding kelas, ada yang dimuat di jurnal sekolah, ada yang dimuat di majalah terbitan di Surabaya, dan ada yang ditulis entah untuk keperluan apa.

Yang paling menarik, ada karanganku tentang lingkungan yang masih ditulis tangan, dan lengkap dengan jejak proses kreatif tulisan tersebut. Ada berlembar-lembar catatan dari bahan referensi yang kubaca—majalah Tempo, koran Republika, Surya, buku Islam Doktrin dan Peradaban, dan sebagainya. Ada kerangka tulisan yang kusiapkan. Dan ada karangan jadi, baik dalam bentuk tulisan tangan maupun yang sudah diketik dengan program ChiWriter.

Sejenak aku bernostalgia dengan tulisan-tulisan itu. Dengan aku saat dulu. Dengan masa-masa itu. Aku jadi teringat dengan tulisan-tulisan lainnya yang juga kutulis saat Aliyah, yang tak terarsip dengan baik, seperti resensiku di Harian Surabaya Post dan Surya, kliping-kliping bukti pemuatan, tulisanku saat berkunjung ke SMA 1 Pamekasan, dan yang lainnya. Entah ke mana mereka semua.

Aku pun menyiakan-nyiakan kesempatanku saat liburan ini. Tulisan-tulisan itu segera kuketik ulang apa adanya, tanpa kusunting. Kubiarkan diksi yang tak tepat, kalimat yang masih sulit dicerna atau ambigu, penulisan yang tidak sesuai kaidah EYD, atau pengutipan sumber rujukan yang kurang tepat. Bagaimanapun, kesalahan dan kekurangan itu adalah bagian dari proses yang kulalui dari waktu ke waktu. Tak perlu malu.

Segera setelah jaringan internet kembali tersambung, aku mengunggah naskah-naskah itu ke rindupulang, dengan tanggal posting yang disesuaikan dengan tanggal penulisan masing-masing karangan.

Sementara itu, di belakang mereka, ide-ide lain sudah mengantre untuk dibawa ke dapur gagasan. Apakah kayu bakar sudah disiapkan?

2 komentar:

Asmisya mengatakan...

Va,
aduh, rindupulang, bener2 RinduPulang bukan sekedar rindupulang
ayolah cepet diposting artefak-mu
aku juga pengen baca tuh...

semoga jalan pulang kian terang.
amin.

Sofyan RH. Zaid mengatakan...

...
sampai disini
aku mengenangmu