Senin, 24 Juni 2024

Annuqayah dan Lingkungan Hidup, Tak Ada Habisnya


Saya menerima tautan akses disertasi Hasan Basri, alumnus Latee yang baru wisuda S-3 di Western Sydney University, bersamaan dengan “lap terakhir saya di Sirkuit Austin, Texas, Amerika”. Hehehe…bukan, saya ke Austin tahun 2017. Maksudnya, saat saya sedang menyelesaikan bagian akhir tugas makalah saya untuk dosen S-3 saya yang lulusan Amerika dan terkenal sangat disiplin, sehingga saat menggarap tugas tersebut saya membayangkan seperti sedang main balapan GP500 di komputer zaman dahulu kala di sirkuit tersebut.

Saya segera unduh berkas yang memuat 206 halaman tersebut, membaca sekilas, melihat daftar isi, melihat dan memeriksa bagian-bagian tertentu, dan juga mencari kata kunci tertentu. Kebetulan makalah yang saya tulis juga mengangkat tema serupa dengan disertasi Hasan Basri, yakni tentang Annuqayah dan lingkungan hidup. Saya jadi terpikir: tema pesantren secara umum, atau yang lebih spesifik, tema tentang Pesantren Annuqayah, atau tema yang lebih spesifik lagi, pesantren Annuqayah dan lingkungan hidup, masih sangat kaya untuk digali.

Saat menyelesaikan bagian akhir tugas makalah saya, yang harus berkejaran dengan batas akhir waktu penyetoran, saya merasakan bahwa ada beberapa tema yang lebih spesifik lagi yang bisa dibahas. Kalau secara umum, saya merasa aspek-aspek dan data-data yang sifatnya umum memang masih penting untuk terus didiskusikan, seperti latar dan kisah di balik layar yang lebih detail keterlibatan awal Annuqayah dengan isu-isu lingkungan hidup, data tentang proses awal berdirinya Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqayah (BPM PPA), dan semacamnya. Saya bayangkan, seperti upaya rekonstruksi untuk memahami pikiran para kiai Annuqayah di era tersebut.

Rasanya, episode itu masih sangat mungkin untuk dibahas. Data-data yang ada rasanya belum sepenuhnya mengungkap pergulatan gagasan waktu itu. Saya kadang terpikir, apakah saya harus menghubungi agen dari Langley untuk membantu menggali data dan arsip-arsip penting untuk mengungkap bagian ini? Hehehehe…

Dari disertasi Hasan Basri, saya menemukan bagian yang menarik, yakni saat dia membahas tentang “green art”. Di bagian ini, Hasan Basri menetapkan green action Annuqayah masuk ke wilayah seni sejak 2015 (hlm. 94). Wah, ini bagian yang sangat mungkin untuk didalami, pikir saya. Dan kalau boleh menawar, bolehkah saya kalau mau memajukan sedikit tahun penetapannya itu? Memang, Pesantren Annuqayah juga dikenal sebagai salah satu tempat yang banyak melahirkan seniman-seniman dengan karya dan ekspresi yang menarik. Beberapa kiainya juga sangat dikenal sebagai seniman, bahkan pergaulannya sampai ke dunia internasional. Kiai Faizi dan almarhum Kiai Zamiel El-Muttaqien, adalah dua nama yang sangat menonjol di bidang ini.

Lain dari itu, saya tak ragu untuk menyebut Kiai Muhammad Affan sebagai pekerja seni yang punya peran penting setidaknya di wilayah Sumenep. Beberapa kiai yang lain saya tahu mempunyai sense kesenian dan pengalaman di bidang seni yang juga sangat kaya, sehingga saya yakin itu juga menjadi bagian dari mewarnai Annuqayah dan keterlibatannya dengan dunia seni. KH Muhammad Shalahuddin A Warits saya tahu juga sangat pantas untuk disebut seorang artist. Hanya beliau sering menyamar, seperti David Webb saat menggunakan identitas Gilberto De Piento waktu mau masuk ke Amerika.

Keempat nama kiai yang juga seniman di atas jelas punya kontribusi yang besar dalam perkembangan Annuqayah dan lingkungan hidup. Tak bisa diragukan lagi. Kalau mau ditambah, ada nama almarhum Kiai Homaidy.

Jadi, dengan banyaknya kiai Annuqayah yang akrab dengan seni dan beririsan dengan isu lingkungan hidup, saya yakin, tema ini masih sangat kaya untuk digali. Bahkan saya terpikir, mau diangkat jadi tema disertasi rasanya juga layak.

Saat saya mengerjakan tugas makalah saya, saya juga menemukan ada beberapa bagian yang rasanya belum diungkap cukup mendalam terkait Annuqayah dan lingkungan hidup ini. Paling tidak, ada beberapa data yang menurut saya cukup bernilai tapi rasanya masih cukup samar dan ketika saya mau melacak lebih jauh untuk bahan makalah saya, tiba-tiba bel berbunyi: time out, game over. Waktu saya habis. Makalah harus segera dikirim. M dan timnya tampaknya tak bakal bisa membantu saya jika saya tidak lulus gara-gara lambat menyetor tugas saya.

Keterangan: foto diambil dari dinding FB Hasan Basri yang diposkan tanggal 23 Juni 2024.

0 komentar: