Kamis, 04 Februari 2016

Membentuk Karakter di Sekolah


Judul Buku: Pendidikan Karakter di Sekolah: Sebuah Pengantar Umum
Penulis: Paul Suparno, SJ
Penerbit: Kanisius, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, 2015
Tebal: 176 halaman
ISBN: 978-979-21-4367-6


Dalam beberapa tahun terakhir, konsep pendidikan karakter menjadi tema paling hangat dan menonjol. Perubahan kurikulum sebagai bagian penting dari upaya perbaikan mutu pendidikan juga dikaitkan dengan pendidikan karakter. Bahkan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pertengahan 2015 lalu meluncurkan program Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) melalui Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 yang isinya berkesinambungan dengan program pendidikan karakter yang dicanangkan beberapa tahun sebelumnya.

Buku yang ditulis oleh mantan rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini berusaha untuk memberikan pemahaman yang cukup lengkap tentang pendidikan karakter di sekolah. Pembahasannya meliputi latar situasi dan landasan sehingga pendidikan karakter menjadi penting, pengertian pendidikan karakter, siapa saja yang perlu dilibatkan di sekolah, model pelaksanaan dan contohnya di sekolah, dan juga penilaiannya.

Di bagian awal, Paul Suparno menegaskan bahwa pendidikan karakter sangat penting untuk diseriusi jika kita mencermati situasi dan persoalan bangsa serta tantangan globalisasi. Pada tingkat yang mendasar, berbagai persoalan bangsa seperti pelaku korupsi yang tak kunjung jera, konflik dan tindak kekerasan di masyarakat, kepekaan pada kaum pinggiran, dan sebagainya, sangat terkait dengan pendidikan karakter (hlm 14-20).

Sementara itu, tantangan globalisasi menghadirkan tantangan yang berat. Masyarakat dituntut untuk punya daya saing yang lebih baik. Arus informasi justru cenderung lebih banyak merusak mental generasi muda. Pada tingkat yang cukup jauh, globalisasi yang di antaranya dicirikan dengan arus informas yang semakin cepat bahkan dapat mendorong sikap instan sehingga daya juang dan kerja keras sulit terbentuk.

Dengan melihat pada struktur dasar hakikat manusia yang kaya dimensi, Paul Suparno menegaskan peran penting pendidikan untuk menyiapkan generasi yang berkarakter. Melalui proses pendidikan di sekolah, siswa dibantu untuk mengalami, memperoleh, dan memiliki sejumlah karakter yang diinginkan (hlm. 29).

Paul Suparno menyatakan bahwa faktor penentu pendidikan karakter itu banyak sehingga semua pihak di sekolah harus terlibat, mulai dari siswa, guru, karyawan, pengelola dan pengambil kebijakan, orangtua, dan juga masyarakat.

Kelebihan buku ini di antaranya terletak pada kesederhanaan dan kejelasannya dalam memaparkan pendidikan karakter di sekolah. Pada bagian selanjutnya, Paul Suparno menjelaskan model-model pendidikan karakter yang bisa dilaksanakan di sekolah. Kesimpulannya, Paul Suparno menegaskan bahwa pendidikan karakter harus dilaksanakan secara utuh, yakni tidak hanya melalui pemaparan di dalam kelas, tapi juga melalui program, kegiatan (baik ekstra maupun kokurikuler), dan situasi (seperti aturan, dsb) yang ada di sekolah (hlm. 93).

Paul Suparno juga menguraikan berbagai bentuk pelaksanaan pendidikan karakter melalui pelajaran di kelas. Pendidikan karakter bisa masuk lewat isi bahan pelajaran, juga lewat metode mengajar dan sikap dalam belajar, juga dalam praktik materi tertentu.

Selain uraian yang cukup teperinci, buku ini juga memberi contoh konkret bentuk-bentuk pendidikan karakter yang mungkin dilakukan di sekolah, mulai dari jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK. Dalam memberi contoh, Paul Suparno berangkat dari contoh nilai atau karakter tertentu yang kemudian diturunkan dalam bentuk program atau kegiatan di sekolah (hlm. 139-154).

Buku ini penting dibaca tidak saja oleh para guru dan kepala sekolah, tapi juga para calon guru dan pendidik pada umumnya. Pemahaman yang baik yang diperoleh dari buku ini diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pendidikan karakter sehingga mutu kehidupan masyarakat menjadi semakin baik. Bagaimanapun, tujuan mendasar pendidikan sangat terkait dengan keberhasilan pendidikan karakter. Bila pendidikan karakter terabaikan, berarti salah satu fokus utama proses pendidikan tak mencapai hasilnya, yakni membentuk pribadi manusia yang kuat dan beradab sehingga mampu menjawab tantangan zaman.


Versi yang sedikit berbeda dari tulisan ini dimuat di Koran Jakarta, 4 Februari 2016.


Baca juga:
>> "Meradikalkan" Revolusi Mental di Sekolah


0 komentar: