Minggu, 27 November 2022

Sekelumit tentang Internasionalisasi Santri


Mengapa pembicaraan tentang internasionalisasi santri ini muncul dan mengemuka?

Secara kebahasaan, internasionalisasi santri menunjukkan adanya kesadaran kaum santri untuk menempatkan diri dalam kancah dunia internasional atau tatanan peradaban dunia. Kesadaran tentang internasionalisasi santri dalam pengertian yang sedemikian ini mengemuka dalam setidaknya dua dekade terakhir ini terkait dengan dua fenomena yang semakin tampak ke permukaan.

Pertama, fenomena globalisasi yang semakin kuat dan masuk ke wilayah-wilayah yang semakin luas. Penetrasi internet yang kian kuat dan luas pada satu sisi berhasil menghubungkan simpul-simpul komunitas dari berbagai kelompok hingga ke wilayah maupun bermacam sektor sehingga membuka peluang untuk bekerja sama dan berjejaring secara lebih intens dan luas. Kedua, kalangan santri itu sendiri semakin banyak yang merambah dunia internasional baik secara wilayah geografis maupun juga dalam bidang minat kajian keilmuan. Hal ini juga ditandai dan diikuti dengan semakin kuatnya komunitas-komunitas berbasis santri di berbagai wilayah geografis di dunia dan juga yang berbasis minat atau bidang tertentu.

Selain dua hal tersebut, dalam konteks keindonesiaan, kaum santri dalam beberapa waktu terakhir ini mendapatkan tempat yang semakin baik dalam pergaulan kehidupan kebangsaan. Misalnya, dengan ditetapkannya Hari Santri Nasional oleh pemerintah pada tahun 2015, ini berarti bahwa peran santri mendapatkan pengakuan resmi yang lebih kuat dari pemerintah dalam kaitannya dengan peran kebangsaan yang tidak terbatas hanya dalam kerangka concern keagamaan yang sempit.

Hal-hal tersebut membuka dan memperkuat peluang bagi kaum santri untuk memberikan kiprah dan peran yang lebih baik lagi dalam kehidupan masa kini yang akan mendatang di tingkat yang lebih luas, termasuk dunia.


Selain hal-hal yang telah dijelaskan di atas, kira-kira adakah landasan historis bagi upaya untuk memperluas peran santri di kancah dunia?

Iya, kita bisa melihatnya pada beberapa titik. Misalnya, pada abad ke-17, saat wacana dan pemikiran Islam mulai berkembang di Nusantara, ulama nusantara juga membangun jaringan yang cukup intens antara Melayu-Indonesia dan Timur Tengah. Abdurrauf Assinkili (1615-1693) misalnya membawa kasus fatwa Nuruddin Arraniri tentang kelompok Wujudiyyah, pengikut Hamzah Fanshuri, ke diskursus ulama Timur Tengah sehingga kemudian ditulis oleh Ibrahim al-Kurani (1615-1690) dalam sebuah manuskrip yang ditulis sekitar tahun 1675. Al-Kurani secara khusus juga menulis sebuah kitab berjudul Al-Jawabah al-Gharawiyyah ‘an al-Masa’il al-Jawiyyah al-Jahriyyah yang membahas masalah-masalah keagamaan “orang Jawa” (sebutan muslim Nusantara waktu itu).

Selain itu, kita juga memiliki tokoh seperti Syekh Yusuf Makassar (1626-1699), tokoh muslim dari Sulawesi, yang setelah pengembaraan ilmiahnya ke berbagai wilayah di Timur Tengah, kemudian gencar melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda hingga diasingkan di Sri Lanka dan Afrika Selatan. Di Afrika Selatan, Syekh Yusuf aktif berdakwah sehingga atas jasa-jasanya, pada tahun 2009, Syekh Yusuf dianugerahi penghargaan sebagai Pahlawan Nasional Afrika Selatan oleh Presiden Afrika Selatan.


Bentuk internasionalisasi santri itu dalam situasi masa kini kira-kira bisa seperti apa?

Pengalaman ulama dan santri Indonesia dalam merawat Islam di Nusantara merupakan khazanah budaya yang kaya dan bernilai penting, yang dapat diperkenalkan secara lebih luas kepada warga dunia. Pengalaman yang cukup panjang tersebut telah membentuk sebuah karakter Islam yang khas yang mampu hidup secara damai di tengah masyarakat yang beragam.

Akumulasi pengalaman muslim Indonesia tersebut dapat membentuk sebuah perspektif ala santri yang khas. Misalnya, Gus Dur sebagai tokoh dan pemimpin muslim Indonesia memiliki banyak pengalaman dalam mengorganisasi masyarakat muslim dan kegiatan sosial lainnya. Saat menjabat sebagai presiden, Gus Dur juga melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi konflik bernuansa separatis di Indonesia. Ahmad Suaedy secara khusus meneliti dan mendokumentasikan strategi Gus Dur dalam melakukan resolusi konflik separatis tersebut, dan menemukan bahwa strategi yang diambil berlandaskan pada metodologi Islam post-tradisional yang merupakan salah satu khazanah Islam Nusantara.

Selain memperkenalkan perspektif santri kepada dunia, internasionalisasi bisa juga berupa kerja-kerja kolaborasi dalam berbagai bidang oleh simpul-simpul komunitas yang memungkinkan.


Apa yang harus dipersiapkan untuk menyongsong peran kaum santri yang lebih mendunia tersebut?

Yang utama adalah bahwa santri masa kini perlu memiliki visi dunia. Artinya, sejak dini santri harus mempunyai pandangan bahwa dia mempunyai ruang di masa depan untuk berkiprah di kancah global. Ruang-ruang yang mungkin dapat dia masuki kelak perlu juga diberi gambaran.

Dalam situasi ketika akses internet untuk mendunia relatif semakin mudah, yang penting digarisbawahi adalah bekal orientasi dan pemahaman tentang peta jalan yang mungkin dilakukan. Benar, bahwa secara teknis, saat ini tidaklah sulit bagi santri untuk, misalnya merambah dan menyiarkan karya dan aktivitasnya pada khalayak yang lebih luas. Namun demikian, penting kiranya untuk memberikan arahan atau orientasi yang mencukupi demi mengantisipasi salah jalan atau meningkatkan efektivitas upaya santriuntuk mendunia.

Orientasi ini juga bisa dilakukan dengan memberikan wawasan sejarah yang mencukupi, baik itu sejarah singkat dunia hingga pada titik peradaban global saat ini. Dalam pemahaman historis ini, santri diberikan penekanan pada titik-titik penting yang juga memperlihatkan sumbangan Islam dan pesantren pada khususnya pada peradaban dunia saat ini.

Lebih dari itu, kesiapan mental penting juga untuk dilakukan. Peradaban global saat ini bergerak pada tingkat kecepatan yang luar biasa. Dengan keragaman dan dinamikanya, mental santri perlu dibekali utamanya dengan memperkuat internalisasi nilai-nilai kosmologi santri. Ini sangat penting terutama jika santri mengambil peran dalam bidang-bidang yang baru, di luar bidang keagamaan atau bidang yang selama ini mendominasi minat aktivitas santri. Internalisasi nilai dan kosmologi santri ini penting agar aktivitas yang dilakukan di tingkat yang lebih luas tetaplah terhubung dengan tradisi dan komunitas tradisional santri.


Naskah ini adalah penggalan pengantar untuk seminar bertajuk Internasionalisasi Santri di IAIN Madura pada tanggal 14 November 2022. Foto kegiatan oleh Fadllan Hanif (IAIN Madura).


2 komentar:

MG Makruf mengatakan...

Terimakasih atas pencerahannya. Tulisan yang membuka mata bahwa santri sekarang harus membuka diri pada arus global. Tidak duduk diam di desanya, adem ayem, tanpa berusaha merebut kembali “ruang masa depan internasional”.


antakusuma mengatakan...

bhs telah memulainya di mana model sarungnya ada yg org kulit putih.