Senin, 20 Juni 2016

Tulisan Saya Dijiplak Lagi



Menayangkan dan mengarsipkan tulisan di blog pribadi memang ada keuntungan dan kerugiannya. Dengan diarsip di blog pribadi, kita akan cukup mudah untuk mengakses tulisan kita di mana saja asalkan kita mendapatkan akses internet yang baik.

Namun, kerugian mengarsipkan tulisan di dunia maya dalam media blog juga ada. Satu kerugian yang saya rasakan dan alami adalah tulisan saya dengan cukup mudah dijiplak. Tinggal salin-tempel, beres.

Tahun 2014 lalu, saya menemukan sebuah tulisan saya yang dimuat di Koran Tempo edisi 4 Januari 2004 disalin-tempel—dengan perubahan minor—dalam buku berjudul Psikologi Tasawuf karangan Drs. Tamami HAG. M.Ag. terbitan Pustaka Setia, Bandung (2011) tanpa menyebutkan nama saya.

Nah, pagi ini, saya kembali menemukan tulisan saya di blog disalin-tempel dan disiarkan di sebuah media lokal bernama Musibanyuasin Post edisi 4 Juli 2014. Tulisan saya itu ditulis pada bulan September 2007 dan saya poskan di blog pribadi saya.

Bagaimana ceritanya kisah penemuan kasus plagiasi ini? Begini. Tadi pagi saya ingin memposkan tautan salah satu tulisan di blog saya di akun Facebook saya. Saya mencari tulisan-tulisan yang kiranya cocok. Saya mencari tulisan saya yang bertema puasa atau bulan Ramadan.

Ketemulah saya dengan artikel yang ditulis pada bulan September 2007 itu yang berjudul “Televisi dan Refleksi Religiusitas Puasa”. Sebelum saya memposkan tautan itu di akun Facebook, saya terlebih dulu membaca tulisan saya itu untuk membuat kutipan singkat bagian pokok atau membuat rangkumannya. Saat membaca, saya kok berpikir bahwa tulisan lama saya ini ternyata saya pikir masih cukup aktual dan relevan untuk konteks sekarang.

Karena tulisan ini belum pernah dimuat di media massa, kok saya terpikir untuk mencoba googling, mungkin ada laman di internet yang mengutip tulisan saya ini. saya mencoba mengutip beberapa kalimat yang khas dan spesifik dalam tulisan saya untuk dimasukkan ke mesin Google. Saat Google menampilkan hasil pencarian, saat itulah saya kemudian menemukan bahwa ternyata tulisan saya itu dijiplak.

Saya diantarkan ke arsip digital media Musibanyuasin Post edisi 4 Juli 2014 yang diarsipkan di issuu.com itu (bisa dilihat di sini). Di rubrik Opini (halaman 2), ada tulisan berjudul “Religiusitas Puasa VS Ideologi Televisi” karangan Darmadi. Dalam tulisan itu tercantum bahwa identitas penulis adalah pegawai fungsional Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lampung Tengah, dosen STKIP Kumala Lampung, dan kandidat doktor Ilmu Manajemen.

Judulnya memang tidak persis dengan tulisan saya, tapi coba baca isinya.Ternyata dari awal hingga akhir isinya ya hasil salin-tempel dari tulisan saya—bukan hasil berpikir dan mengolah gagasan sendiri. Cukup mainkan tetikus (mouse), tekan Control-C, lalu Control-V. Beres!

Saya jadi teringat frasa “vampir kebudayaan” yang diperkenalkan oleh Afrizal Malna untuk melihat potensi buruk teknologi dalam kreativitas kebudayaan. Teknologi komputer dan internet bisa menjadi vampir kebudayaan di tangan orang yang malas berpikir dan tak menghargai kerja keras.

Sampai di sini saya merasa sedih sekali. Dunia keilmuan dan dunia akademik kita ternyata memang masih belepotan. Mental masyarakat kita yang katanya termasuk golongan terdidik ternyata masih memprihatinkan. Apa yang bisa kita lakukan untuk mencari jalan keluar atas masalah seperti ini? Demikian juga, apa yang sudah kita lakukan untuk mencari jalan keluar atas masalah seperti ini sesuai dengan posisi kita masing-masing?


16 komentar:

  1. Bencana besar! bencana umat Islam

    BalasHapus
  2. innalillahi wainna ilaii raji'un

    BalasHapus
  3. Manusia kian kemari Kian bebal. Malas berpikir. Itu juga sering menjangkiti diriku. Plagiat sikap kebebalan tingkat dewa.

    BalasHapus
  4. Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun... Kemenag??

    BalasHapus
  5. Astaghfirullah.....kandidat doktor?
    Dosen?

    BalasHapus
  6. Dosennya saja seperti itu apalagi mahasiswanya...
    #dasarmukatembok

    BalasHapus
  7. Dosennya saja seperti itu apalagi mahasiswanya...
    #dasarmukatembok

    BalasHapus
  8. BEDEBAH KEILMUAN malu maluin saja

    BalasHapus
  9. Ah....apa yang kamu cari dengan kopi pasti, buntu pemikiranmu.

    BalasHapus
  10. Ah....apa yang kamu cari dengan kopi pasti, buntu pemikiranmu.

    BalasHapus
  11. Alhamdulillah, bersyukur disiarkan ilmunya, diluaskan lagi manfaatnya, dilebarkan keberkahannya.. Sebagaimana ibnu taimiyah diplagiat oleh sandra stone, alkindi oleh banyak sarjana filsafat italia.. Bersyukur saudaraku, lebih baik drpd menunjukkam aib yg tlh ditutupi secara baik oleh Allah dlm rangka kebaikan..

    BalasHapus
  12. Bukankah Bindoro Mustofa dulu sdh memaafkan si penulis karena kekhilafannya hanya menyebutkan sumber Temponya tanpa menyebutkan Bindoro Mustofa sebagai penulis..dan buku sdang dalam proses revisi yg dilakukan oleh penerbit..semoga kesalahan itu tidak terus berulang..semoga kita selalu ada dalam lindungan Tuhan...

    BalasHapus
  13. Semoga tidak kapok mengarsipkan tulisan di blog.

    BalasHapus

Thanks for your visit and your comment.