Aku ingin bercerita kepadamu tentang taman rahasia di suatu tempat di Skandinavia. Taman rahasia itu hanya muncul sebentar di awal musim semi yang datang terlambat setelah salju turun berbulan-bulan. Namun ia melintas tak lama, sebelum musim panas kemudian mengubah senyum indahnya sehingga ia menyimpan kembali rahasianya rapat-rapat karena tak sanggup berhadapan langsung dengan terik matahari yang sebenarnya tak seberapa jika dibandingkan dengan terpaan panas negeri tropis seperti di negeri kita.
Taman rahasia itu terletak di dekat jalan setapak di puncak sebuah bukit. Dari sana, kau bisa menyaksikan fjord, semacam teluk kecil yang beriak tak terlalu besar, lalu bukit-bukit yang pucuknya masih sedikit bersalju akan kelihatan menjadi latar di belakangnya. Sesekali kau akan dapat mendengar riuh burung berkicau yang berlompatan di dedahan pohon yang mulai merimbun. Atau juga camar di kejauhan.
Di sekitar taman itu, kau tak akan dapat melihat tukang kebun yang merawat rumput hijau, bunga-bunga putih, dan bunga-bunga kuning yang mulai merekah. Sebenarnya, para tukang kebun itulah yang membuat taman ini disebut rahasia, karena mereka itu yang menyimpan rahasia keindahan taman ini, yang juga membuat taman ini tak terlihat oleh mata telanjang, tapi mesti dipandang dengan hati yang bening, serupa cermin yang memantulkan keindahan alam negeri-negeri dongeng.
Mereka menjaga rahasia itu dari ancaman campur tangan manusia yang datang mencari keindahan bunga musim semi tapi tak cukup peduli akan nilai kesuciannya. Mereka menjaga rahasia itu di antara kesunyian yang berbicara saat orang-orang tak lagi tampak di sekitar taman rahasia itu. Mereka menjaga rahasia itu sampai akhirnya tiba saatnya seseorang yang mereka tunggu melintas dan menemukan taman rahasia itu.
Sebenarnya, aku telah beberapa kali melintas di taman rahasia itu sambil tak jemu mengagumi keindahannya yang kadang memang tampak menyimpan misteri. Tapi sungguh sayang, aku baru menyadarinya saat ini, bahwa itu adalah taman rahasia Skandinavia, saat aku tak bisa lagi leluasa menceritakannya kepadamu, saat aku tak bisa lagi melihat jejak bunga-bunga putih bermekaran dan menyimak nyanyian burung di sana.
Angin musim semi telah jauh. Malam telah larut. Aku berusaha merengkuh keindahan taman rahasia dalam jarak yang tak mungkin kutaklukkan. Taman rahasia melantunkan keindahannya dalam tembang pengantar tidur tentang nyanyian bumi dan ladang persemaian nasib manusia.
Dan taman rahasia tetap di sana, menunggu si pelintas yang ditunggunya.

Saya melakukan ini karena tergerak oleh iklan Perusahaan Listrik Negara (PLN) di beberapa koran nasional pada tanggal 12 Januari 2011 lalu yang di antaranya memaparkan data pemadaman listrik tahun 2010. Di situ disebutkan bahwa di wilayah Pamekasan, sepanjang 2010 terjadi 25 kali pemadaman. Saya pikir, Sumenep termasuk dalam data tersebut. Begitu melihat iklan itu, saya spontan mempertanyakan data yang ditampilkan PLN tersebut. Memang, dalam iklan itu tidak dijelaskan yang dimaksud pemadaman itu apa, berlangsung berapa lama, dan seterusnya. Tapi saya merasa bahwa di daerah saya, listrik begitu sering padam. Karena itu, sejak melihat iklan itu, saya mencoba mencatat pemadaman listrik yang terjadi di wilayah saya. Hasilnya: hingga 26 Maret lalu, listrik padam sudah terjadi 27 kali.