Sabtu, 06 Maret 2010

Serasa di Minas Tirith


Sebulan di Trondheim, 500 kilometer arah utara ibukota Norwegia, Oslo, saya kadang membayangkan seolah sedang tinggal di Minas Tirith, ibukota kerajaan Gondor. Paling tidak, itu yang cukup sering saya rasakan setiap kali berjalan mendaki atau turun bukit menuju atau dari kampus Dragvoll NTNU.

Dari sepanjang jalan setapak yang masih tertimbun salju tebal, tak begitu jauh, tampak pemandangan rumah-rumah warna-warni yang menutupi sisi bukit. Rumah-rumah itu warna-warni karena kebanyakan terbuat dari kayu dan dicat merah, kuning, hijau, biru, putih, dan nuansa warna indah yang agak sulit saya gambarkan. Satu di antaranya membentuk seperti tangga berundak mengikuti kontur bukit. Memang bukitnya tak setinggi dan securam Minas Tirith, tapi cukup untuk mengingatkan saya pada kota imajiner rekaan Tolkiens dalam trilogi terakhir The Lord of the Rings yang tergambar begitu eksotik di versi filmnya yang legendaris itu.

Saat saya melewatinya di hari yang sangat cerah, pemandangannya benar-benar indah. Langit biru yang begitu bersih benar-benar seakan ruang kosong yang aneh tapi memukau. Sisa-sisa salju yang menutupi sebagian atap rumah dan sedikit sisi bukit yang kosong membuat pemandangannya seperti negeri fantasi—ya, seperti Bumi-Tengah. Sisi bukit yang kosong itu tampak seperti cadas terjal yang tak begitu rata, sehingga salju yang memutih membentuk lukisan yang juga indah. Di halaman salah satu rumah yang berada dekat kaki bukit, tampak beberapa gazebo kecil dihampari salju di sekelilingnya yang tampak kontras dengan ukuran rumah yang begitu besar.

Sisi bukit itu terkesan sangat indah di mata saya juga karena saya telah melihatnya dalam suasana yang berbeda. Tepat sebulan yang lalu, saat baru mulai kuliah, saya pernah menikmati pemandangan bukit ini di pagi buta, satu jam sebelum matahari terbit. Waktu itu, kuliah saya masuk pukul 08.15, sedang matahari terbit pukul 08.26. Lampu-lampu temaram dan suasana yang masih gelap memberi kesan dan detail pemandangan yang berbeda.

Di kesempatan lain, saya menikmati pemandangan bukit itu saat saya pulang dari kampus dan salju sedang turun cukup lebat. Memang, pandangan mata jadi agak terbatas. Tapi rumah-rumah di lereng bukit itu tetap terlihat meski samar di antara warna putih yang dominan.

Tentu saja, pandangan saya tak selalu mengarah pada sisi bukit di jalan setapak menuju kampus itu. Karena tepat di seberang arah bukit, terhamparlah lanskap kota Trondheim yang begitu indah, lengkap dengan selat dan bebukitan lain di batas akhir pandangan saya. Tyholt Tower di area kampus Teknologi Kelautan NTNU tampak menjulang, selain menara Nidaros Cathedral yang terkenal karena menjadi tempat penobatan raja-raja Norwegia.

Pemandangan berbukit di Trondheim memang menarik karena kota kecil yang berpenduduk sekitar 170 ribu jiwa ini berada di dekat laut (selat) serta merupakan pertemuan Sungai Nidelva dan Trondheimsfjorden. Salah satu hal yang menarik saya temukan saat saya mencoba mengelili “pulau” kecil yang menjadi pusat kota Trondheim. Dikelilingi oleh Sungai Nidelva, dari situ pandangan saya dibatasi oleh bukit-bukit di kejauhan yang mengelilingi pusat kota Trondheim. Rumah-rumah kayu di tepi Sungai Nidelva pun tak kalah eksotiknya dengan rumah-rumah yang menutupi sebagian bukit-bukit itu.

Memang, sampai saat ini saya belum cukup jauh menjelajahi kota yang merupakan bekas ibukota Norwegia ini. Tapi saya sudah cukup bisa merasakan nuansa fantasi yang cukup kuat di sini. Setidaknya demikianlah dari sudut pandang saya.

Ya, serasa di Minas Tirith. Tapi saya tak bertemu Gandalf, Frodo, atau Aragorn. Pun, jangan harap saya nanti pulang akan membawa Cincin buatan Sauron. Saya bukan pahlawan—atau apa pun semacam itu. Saya berharap nanti pulang dari kota ini bukannya membawa fantasi. Saya ingin membawa sesuatu yang lebih nyata, yang mungkin akan cukup berharga untuk dibagi untuk semua.

3 komentar:

partelon mengatakan...

Penggambaran sampyan ttg salju malah mengingatkan saya pada Caradhras, sdg kota dgn tangga batunya pada Edoras, hehehe...
Hmmm, "membawa sesuatu yang lebih nyata"? Apakah maksudnya semacam "Arwen Undomiel" atau "Eowyn", Ra? Hehehe...
Btw, semoga barokah...

M. Faizi mengatakan...

Sip. kobessah..

Baby Slver mengatakan...

jika disitu bumi dibungkus salju, di sini bumi dibungkus rumput terutama bukitlancaran.