Jumat, 20 Juli 2007

Galeri Senja


Senja memang terlihat begitu indah jika disaksikan dari pantai. Suara debur ombak yang menyisir bibir pantai, buih yang terlempar ke udara setelah membentur karang terjal, angin yang bertiup kencang, sampan yang melaut di kejauhan, dan cahaya senja yang keperakan—semua seperti lukisan alam yang begitu indah.

Aku seperti berada di sebuah galeri seorang Maestro. Aku tiba-tiba ingin sekali menjadi bagian dari lukisan itu, bagian dari lanskap senja yang menyatu dengan sabda agung Penciptanya. Aku teringat sebuah petikan cerita tentang seseorang yang begitu menyukai senja tempat matahari tenggelam di ufuk samudera. Ia menatap senja itu dengan pikiran seakan ia akan mati di laut, seakan samudera akan menjadi kuburannya.

Aku tak begitu pasti apa yang kurasakan ketika sedang menatap senja di pantai itu. Saat itu aku memang sedang tak teringat pada kematian. Tapi aku bisa menghayati kesementaraan. Matahari, senja, keindahan, segera akan berganti malam. Setelah itu gelap. Awan sudah terlihat menyambut berarak ke arah sisi barat, seperti kelambu yang siap mengantar matahari rebah di peristirahatannya.

Aku mencoba bermain-main dengan ombak di pasir pantai yang tak seberapa luas itu, membiarkan tubuhku dipermainkan arus ombak yang lumayan kuat. Sesekali aku berteriak, ketika gulungan ombak yang tampak begitu besar siap menerpa tubuh kurusku. Tapi suaraku tak berarti apa-apa, ditelan gemuruh ombak yang kemudian mencapai tepian pantai.

Saat matahari semakin turun di ufuk barat, sehingga cahayanya menjadi kemerahan, aku berhenti mandi dan bermain dengan ombak, lalu duduk di sebongkah karang cukup besar yang agak menjorok ke arah lautan. Aku menghadap ke utara, ke arah lautan lepas yang seperti tak berbatas. Jauh ke utara, aku seperti menatap jalan menurun entah menuju negeri apa—mungkin negeri-dalam-lautan, seperti dalam dongeng. Tubuhku yang sedikit menggigil disapu cahaya matahari senja, yang saat itu tak menyisakan terik seperti di siang hari. Sesekali aku menatap ke arah barat, ke cahaya kemerahan yang semakin berpendar di antara gumpalan awan.

Aku tiba-tiba merindukan langit pantai dengan cahaya purnama.

0 komentar: