Sabtu, 21 April 2007

Senja di Pelabuhan (2)


Aku tiba di pelabuhan itu di suatu senja dengan sisa-sisa gerimis. Senja memang sudah akan segera berakhir. Di seberang, kota sudah mulai bertaburan cahaya. Begitu pula kapal-kapal di pelabuhan seberang. Bola matahari di barat seperti lampu yang bersinar lemah kemerahan Tak tampak aura keperkasaan yang dipancarkannya. Ia menebarkan suasana indah yang begitu padu bersama senja dengan jejak gerimis di sekelilingnya. Langit seperti berkabut. Aku bisa melihatnya di kaki langit yang berbatasan dengan puncak gedung-gedung tinggi di seberang sana, juga di antara bebukitan di arah belakangku. Aku bisa merasakan dingin yang menyelimutiku, berusaha masuk menembus di antara jaket yang kukenakan. Aku duduk di geladak kapal paling atas. Dari ketinggian, aku memerhatikan pantulan cahaya kemerahan yang memanjang di lautan yang sedikit beriak. Perlahan, cahaya kemerahan itu memudar, raib bersama gelap yang datang menggantikan.

“Kak, ini senja yang indah,” katamu dengan sedikit berbisik.

“Ya, dan aku ingin sekali menghadiahkannya untuk mbakmu,” kataku pelan, sambil tetap menatap ke arah barat. “Kupikir ia juga sudah lama tak menikmati indahnya senja di pelabuhan ini.”

0 komentar: